IKLAN

Rabu, 23 Maret 2011

ANTARA BUAH FIKIR DAN BUAH ZAKAR


Indah-tegap berdirinya tugu MONAS merupakan salah satu buah fikir dan buah zakar bangsa dalam meraih kemerdekaan dan melahirkan sebuah bangsa baru yang siap ditumbuhkembangkan melalaui nada-nada zikir yang berkesinambungan.
Namun apalah jadinya jika buah fikir dan buah zakar itu diekspos tanpa dibarengi oleh zikir. Maka kehancuran dan kebinasaanlah yang akan menghalangi tumbuh-kembangnya anak bangsa yang telah jauh berpaling dari tridarma kehidupan.
Kata yang terdiri dari huruf-huruf ر -ك -ف  atau  فَكَر berarti “berfikir”, sehingga buah fikir didefinisikan sebagai hasil dari proses berpikirnya manusia. Dalam berfikir kita menjalankan salah satu dari 3 fungsi berikut: (1) Membangun pengertian (2) Melakukan pemilihan/pendapat/keputusan (3) Membangun kesimpulan. Selama ini yang dimaksud dengan ungkapan bahwa kita senantiasa berpikir adalah fungsi membangun pengertian yang dimiliki oleh proses berpikir. Saat kita mengalami atau berhadapan dengan sesuatu yang baru maka kita akan berusaha membangung pengertian atas realitas yang baru. Ketika kumpulan pengertian yang kita miliki akan digunakan untuk diskusi atau memcahkan masalah, tidak serta-merta kita hanya memiliki satu pengertian/pemahaman saja. Justru kita akan membandingkan seluruh pengertian yang berhubungan dengan obyek masalah. Dari berbagai pengertian itu kita memilih salah satu yang menurut kita benar. Inilah yang disebut dengan melakukan pemilihan dan membangun kesimpulan. Namun jika pengertian yang kita pilih adalah sesuatu yang salah yang dibenar-benarkan, maka hal itu bukanlah buah fikir.
Sedangkan huruf-huruf  ر-ك -ذ atau kata ذكَر berarti “mengingat”, “menyebut”. “belajar”, dan dapat juga berarti “kemaluan laki-laki”. Timbul pertanyaan, mengapa harus berarti kemaluan laki-laki? Jawaban sederhananya adalah bahwa kehancuran laki-laki terdapat pada kemaluannya manakala digunakan terhadap sesuatu yang salah yang dibenar-benarkan. Kemaluan lelaki sebagai peringatan dan pelajaran terhadap kaum lelaki jika ingin tegar dan dikenang sebagai pelaku sejarah anak cucu adam.
Dari huruf-huruf  ر-ك -ذ atau kata ذكَر ini pula berarti “mengingat”, “berzikir” dan “Al-Quran”. Mengapa al-Qur’an dikatakan dzikr, karena al-Qur’an berfungsi sebagai pengingat penggugah, dan penyadar. Dan arti dzikir itu sendiri ialah ingat, sadar. Banyak bukti terjadi pada jaman Nabi saw, bagaimana orang yang asalnya tidak percaya kepada Allah, tidak mau melaksanakan perintah-Nya, dengan adanya al-Qur’an mereka menjadi sadar untuk mengabdi dan berbakti kepada Allah swt.
Imam al-Maraghi berkata, “Ingatlah kepada Allah dengan hati kamu, lisan kamu dan seluruh anggotamu dengan dzikir yang banyak dalam setiap keadaan kamu dengan penuh kesungguhan“.Ada orang yang dzikir hanya dengan lisan saja, tapi tidak sadar, tidak disertai dengan hati. Seperti seorang anak kecil yang bernyanyi, “bangun tidur kuterus mandi, tidak lupa menggosok gigi, ..”. ketika disuruh mandi ia malah marah-marah, karena ia tidak sadar dengan apa yang diucapkannya. Sementara ada juga yang disebut zikir qalbu, yakni zikir hati, bila dilakukan dengan perenungan, memikirkan ayat-ayat kauniyah yang menambah kemantapan hati dalam beriman, dan ketiga adalah  zikir perbuatan, yakni zikir yang dilakukan dengan pengejawantahan potensi indra. Orang biasa menyebutnya dengan zikir amal.
Ustad Arifin Ilham, pimpinan Majlis Az-zikra sangat yakin bahwa persoalan bangsa bisa diselesaikan dengan zikir amal. Mampukah zikir menyelesaikan persoalan bangsa ini? ’’Bisa, asalkan zikir tersebut tidak hanya sekadar zikir akal, hati dan lisan, tapi juga zikir amal,’’ ujarnya.
Zikir amal menjadi barang langka dalam aktivitas umat. Umat Islam merasa telah selesai berzikir ketika telah melafazkan doa-doa keseharian, mengkhatamkan Alquran atau telah melantunkan Asmaulhusna. Memang, Alquran sendiri masih umum menyebut zikir dalam banyak ayatnya, sementara banyak hadist yang tertulis secara tekstual menyiratkan keutamaan zikir lisan.
Lihat misalnya beberapa hadis ini, diantaranya’’Ada empat perkara, barangsiapa memilikinya Allah akan membangun untuknya rumah di surga, dan dia dalam naungan cahaya Allah yang Maha Agung. Apabila berpegangan teguhnya, ia lafalkan Laailaha ilallah. Jika memperoleh kebaikan dia mengucapkan Alhamdulillah dan jika berbuat salah (dosa) dia mengucapkan Astaghfirullah dan jika ditimpa musibah dia berkata, Inna lillahi wainna ilaihi roji’un.’ (HR Adailami).
Di sinilah khilafnya umat. Kita lupa bahwa zikir harus sampai kepada amal dan itu berarti menghasilkan karya. Zikir amal akan memberikan manfaat kepada banyak orang, sementara zikir hati dan lisan, hanya bermanfaat kepada yang berzikir saja.
Agar bangsa ini tetap menjadi bangsa yang selalu bangga dengan berdiri tegaknya tugu Monas, maka anak bangsa harus dilatih untuk menjadi bangsa yang Ulil Albab yang digambarkan dalam Al-Quran (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Q.S. Ali Imran 191).
Diantara ciri Ulil Albaab ialah yang berzikir dan berpikir. Ada orang yang berdzikir tapi tidak berpikir dan menyalah-gunakan zakarnya, maka akibatnya kebobrokan dan ketinggalan dalam bidang ekonomi, politik dsb. Adapula yang berpikir dan memikirkan kemaslahatan zakarnya saja tapi tidak berdzikir, akibatnya orang tersebut sukses namun moralnya bejat, melakukan korupsi, manipulasi, dsb.

Saidna Zulfikar Bin Tahir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar