Apakah anda takut terhadap setan/hantu? Pernahkah anda melihat atau bertemu dengan hantu? Lucunya adalah; kita belum pernah melihat dan bertemu dengan hantu tapi takut dengannya.
Hal itu disebabkan karena kita masih bingung dalam membedakan antara pikiran dan perasaan sehingga rasa takut kian menguasai pikiran. Kadang kita melakukan sesuatu berdasarkan perasaan namun menganggapnya sebagai hasil fikiran, ataupun kadang kita berfikir tentang sesuatu, namun dalam merealisasikannya lebih dominan menggunakan perasaan.
Sebenarnya pikiran tidak berbeda dengan perasaan. Perbedaannya hanya terletak pada prinsip kerjanya. Kalau perasaan menggunakan prinsip kerja berdasarkan kesenangan maka pikiran menggunakan prinsip kerja kelogisan/benar-salah. Apa yang dipikirkan itu tidak berhubungan dengan enak-tidak enak, nikmat-tidak nikmat, atau senang-tidak senang, tetapi berbicara tentang benar-salah, baik-buruk. Sehingga secara alamiah, berpikir akan mengarahkan individu untuk melakukan respon berdasar kebenaran. Lantas bagaimana dengan orang yang lebih memilih satu hal yang salah meski ia tahu itu adalah salah. Seperti ketika orang mencuri, melacur, membunuh dan menganiaya, sebenarnya ia tahu bahwa itu adalah perbuatan yang salah tapi mengapa tetap dipilih sebagai respon. Penyebabnya adalah karena ada interupsi dari perasaan. Orang tersebut tidak memilih kebenaran tapi kesenangan. Dengan melakukan perbuatan yang salah mereka merasakan kesenangan atau kepuasan. Cara melihat sesuatu bisa dari sisi positif, bisa juga dari sisi negative, atau yang sering kita dengar dan kenal dengan “negative and positive thinking”. Yang patut digaris bawahi di atas bahwa secara alamiah, berpikir akan mengarahkan individu untuk melakukan respon berdasarkan kebenaran atau kebaikan. Jika ungkapan ini benar-benar dgarisbawahi, maka tidak ada yang namanya “negative thinking”, karena kodrat manusia adalah berfikir untuk melakukan respon berdasarkan kebenaran. Dengan kata lain, “negative thinking” adalah hasil pemikiran yang tercemari oleh perasaan enak atau tidak enak, senang atau tidak senang.Hal itu disebabkan karena kita masih bingung dalam membedakan antara pikiran dan perasaan sehingga rasa takut kian menguasai pikiran. Kadang kita melakukan sesuatu berdasarkan perasaan namun menganggapnya sebagai hasil fikiran, ataupun kadang kita berfikir tentang sesuatu, namun dalam merealisasikannya lebih dominan menggunakan perasaan.
Haruskah kita berusaha membangun positif thinking? kayaknya tidak perlu dibangun, kecuali jika alur fikirannya telah jauh keluar dari rel-rel kebenaran, ataupun telah lama (positif thinking-nya) terbuai pulas bersama mimpi-mimpi indah. Konsisten dengan ajaran-ajaran agama, itulah yang dinamakan positif thinking. Paling tidak, sebagian dari ajaran agama itu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya;
1. Keimanan
Beriman artinya percaya bahwa segalanya akan beres bagimu dan bahwa kamu bisa membereskan segalanya sendiri melalui bantua Allah swt.
2. Perbanyaklah bersyukur
Renungkanlah : Mungkin banyak sekali yang bisa kamu syukuri. Rasa syukur membuatmu tersenyum. Itu membuatmu senang dengan kehidupanmu. Dan orang lain pun senang di dekatmu. Bersyukur bisa memberikan ketenangan bagi dirimu. Karena Allah swt telah menjanjikan, jika engkau mensyukuri nikmat-Ku maka akan kutambahkan nikmat bagimu, dan jika kamu ingkar maka azab-Nya sangatlah pedih.
3. Rendah diri
Kalau kamu benar-benar berkepentingan terhadap sesama, mereka akan melihat kualitas baikmu seandainyapun kamu tidak mengiklankannya. Mereka tidak akan merasa bahwa kamu berusaha memanipulasi mereka, berbuatlah untuk sesama karena keikhlasan semata-mata mengharapkan ridha Allah.
4. Optimis
Orang yang pesimis itu selalu berfocus kepada hal-hal yang negative. Sedangkan yang optimis berfocus memandang yang positif.
5. Sopan dan ramah terhadap sesama
Jika engkau selalu berbuat baik dan ramah terhadap orang lain, pasti mereka tidak akan diam membiarkanmu dalam kesusahan, apalagi untuk mencampakkanmu ke dalam jurang kesusahan. Al-Bazzaar, Abu Ya’la, dan At-Thabari dalam Makaarimul Akhlaaq, diriwayatkan dari Abu Hurairah; “Sungguh kalian takkan mampu memuaskan manusia semuanya dengan harta kalian, maka puaskanlah mereka dengan wajah yang ceria dan akhlak yang baik.
6. Pasrah dan Tawakkal
Ini tidaklah berarti bahwa kamu menjadi tak semangat dan menyerah. Artinya kamu tidak bergumul, merengek, dan memebenturkan kepalamu ke tembok ketika segalanya tidak beres. Sebenarnya perilaku yang menjadikan kamu korban yang tiada berdaya (yang memakanmu itulah yang menambah beban atas semangatmu). “Terimalah segalanya apa adanya, bukan seperti yang kamu angankan saat ini. Masa lalu sudah lewat, masa depan masih misteri dan saat inilah karunia, itulah sebabnya saat ini disebut “present=hadiah”. Oleh karenanya saat ini pergunakanlah sebaik-sebaiknya.
1. Keimanan
Beriman artinya percaya bahwa segalanya akan beres bagimu dan bahwa kamu bisa membereskan segalanya sendiri melalui bantua Allah swt.
2. Perbanyaklah bersyukur
Renungkanlah : Mungkin banyak sekali yang bisa kamu syukuri. Rasa syukur membuatmu tersenyum. Itu membuatmu senang dengan kehidupanmu. Dan orang lain pun senang di dekatmu. Bersyukur bisa memberikan ketenangan bagi dirimu. Karena Allah swt telah menjanjikan, jika engkau mensyukuri nikmat-Ku maka akan kutambahkan nikmat bagimu, dan jika kamu ingkar maka azab-Nya sangatlah pedih.
3. Rendah diri
Kalau kamu benar-benar berkepentingan terhadap sesama, mereka akan melihat kualitas baikmu seandainyapun kamu tidak mengiklankannya. Mereka tidak akan merasa bahwa kamu berusaha memanipulasi mereka, berbuatlah untuk sesama karena keikhlasan semata-mata mengharapkan ridha Allah.
4. Optimis
Orang yang pesimis itu selalu berfocus kepada hal-hal yang negative. Sedangkan yang optimis berfocus memandang yang positif.
5. Sopan dan ramah terhadap sesama
Jika engkau selalu berbuat baik dan ramah terhadap orang lain, pasti mereka tidak akan diam membiarkanmu dalam kesusahan, apalagi untuk mencampakkanmu ke dalam jurang kesusahan. Al-Bazzaar, Abu Ya’la, dan At-Thabari dalam Makaarimul Akhlaaq, diriwayatkan dari Abu Hurairah; “Sungguh kalian takkan mampu memuaskan manusia semuanya dengan harta kalian, maka puaskanlah mereka dengan wajah yang ceria dan akhlak yang baik.
6. Pasrah dan Tawakkal
Ini tidaklah berarti bahwa kamu menjadi tak semangat dan menyerah. Artinya kamu tidak bergumul, merengek, dan memebenturkan kepalamu ke tembok ketika segalanya tidak beres. Sebenarnya perilaku yang menjadikan kamu korban yang tiada berdaya (yang memakanmu itulah yang menambah beban atas semangatmu). “Terimalah segalanya apa adanya, bukan seperti yang kamu angankan saat ini. Masa lalu sudah lewat, masa depan masih misteri dan saat inilah karunia, itulah sebabnya saat ini disebut “present=hadiah”. Oleh karenanya saat ini pergunakanlah sebaik-sebaiknya.
Jika enam dari banyaknya ajaran agama diaplikasikan secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari, maka sudah cukup untuk menjaga anda tetap dalam koridor positif thinking yang akan membuahkan bermilyar kepositifan terhadap diri sendiri dan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar