Saidna Zulfiqar bin Tahir
Statement
(Pernyataan)
Ketika suatu konsep dipresentasikan dan
ada kesepakatan di antara para ahli tentang maknanya, maka konsep itu dapat
digunakan dalam bentuk penyataan-pernyataan (statement)
yang menggambarkan “dunia nyata”. Bab ini akan membahas
bentuk-bentuk pernyataan yang digunakan untuk mengekspresikan pengetahuan
ilmiah. Sedangkan teori-teori atau kumpulan dari pernyataan-pernyaan akan
didiskusikan pada bab selanjutnya.
Pernyataan dapat diklasifikasikan
menjadi dua kelompok, yaitu pernyataan yang mengklaim adanya pehenomena yang
merujuk pada konsep (eksistence statement),
dan pernyataan yang menggambarkan hubungan antar konsep (relational statement). Setelah mendiskusikan perbedaan jenis-jenis
hubungan diantara konsep (baik korelasi maupun causal), perbedaan tingkat
abstraksi juga akan dibahas. Pada akhirnya, lima tipe dari
pernyataan-pernyataan teoritis (hokum, axioma, proposisi, hypothesis, dan kenyataan
yang digeneralisasikan) akan diuji berdasarkan hubungannya terhadap teori yang
sistematik dan realita dari sebuah penelitian.
Eksistensi dari
pernyataan
Pernyataan-pernyataan itu dapat
diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu pernyataan yang menyatakan bahwa
sebuah konsep harus benar keberadaannya dan pernyataan yang menggambarkan suatu
hubungan antar konsep-konsep tersebut. Contoh dari pernyataan-pernyataan yang
mengklaim keberadaan konsep, yaitu;
-
“That object is a chair – objek itu
adalah kursi”
-
“That chair is brown – kursi itu berwarna
coklat”
-
“That object is a person – obejek itu
adalah manusia”
-
“That person has a high authoritarian test
score – orang itu memiliki hak mendapatkan nilai yang tinggi”
-
“That object is a face-to-face group –
objek itu adalah grup yang berpasangan”
-
“That small face-to-face group has a status
hierarchy – kelompok kecil yang berpasangan itu mempunyai kedudukan secara
hirarki”
Masing-masing dari penyataan ini
mempunyai bentuk dasar: sebuah konsep, yang dapat diidentifikasi dengan
istilah, yang diterapkan kepada sebuah objek atau phenomena. Dengan kata lain,
objek atau phenomena tersebut diidentifikasi (object, chair, person, small face-to-face group”), dan dinyatakan
bahwa objek yang teridentifikasi itu benar-benar ada dan merupakan sebuah
perumpamaan dari beberapa konsep (chair,
brown, person, high authoritarian test score” dan seterusnya).catatan bahwa
meskipun pernyataan-pernyataan itu menunjukkan keberadaan atau tingkat
keberadaan, contoh, tingkat kewenangan skor tes, tergantung pada level
angka-angka dari konsep teoritis.
Eksistensi dari pernyataan-pernyataan
itu sangatlah kompleks dan masih tetap mempertahankan bentuk dasarnya. Sebagai
contoh:
(a)
Ada
dua individu di dalam kelompok X
(b)
Setiap
individu dapat berbicara dengan individu lain tentang masalah pribadi di dalam
kelopok X
(c)
Setiap
individu dapat memformulasikan perbedaan kesan pribadi terhadap individu lain
di dalam kelompok X
Sehingga kelompok itu adalah kelompok
kecil yang saling berhadapan muka.
Dalam kasus ini, sebuah konsep “small face-to-face group” adalah bagian
yang mewakili kelompok X karena ia memiliki karakteristik a, b, dan c.
Pernyataan itu mengklaim keberadaan sebuah contoh dari konsep.
Karena bentuk ini sangat menyerupai
bentuk dari definisi, sehingga perbedaan antara definisi dan eksistensi
pernyataan patutlah diklarifikasikan. Definisi menggambarkan
karakteristik-karakteristik dari sebuah konsep. Sedangkan eksistensi pernyataan
yang mengklaim bahwa karakteristik-karakteristik itu dengan demikian merupakan
contoh-contoh dari konsep yang benar-benar ada dalam “dunia nyata”. Definisi
menggambarkan konsep-konsep; eksistensi pernyataan mengklaim keberadaan
konsep-konsep itu.
Eksistensi pernyataan bisa saja “benar” atau “salah” tergantung kepada keadaan-keadan. Sebagai contoh, pernyataan
“It is noon here-di sini siang” benar
bahwa dimanapun hal ini akan terjadi sekali dalam sehari. Pernyataan yang lebih
konkrit lagi “It is noon on March 24,
1932, in Paris, France” benar bahwa hal itu pernah sekali terjadi dan
sebuah tempat. Ringkasnya, perbedaan-perbedaan itu ada pada tingkat abstraksi, satu perbedaan akan
didiskusikan dibawah ini, penerapan dari eksistensi pernyataan dan pengaruhnya
terhadap kebenarannya “Correctness”.
Hubungan antara
Pernyataan-pernyataan
Terdapat jenis lain dari pernyataan yang
menggambarkan suatu hubungan antara dua konsep. Dengan mengetahui eksistensi
contoh dari sebuah konsep yang menyampaikan informasi tentang eksistensi dari
konsep lainnya. Sebagai contoh:
Jika
seseorang itu adalah anggota dari perhimpunan suatu perguruan tinggi, maka ia
berhak mendapatkan skor tes yang tinggi.
Pernyataan ini menyatakan bahwa jika
Anda mengidentifikasikan seseorang itu sebagai “anggota dari perhimpunan suatu perguruan tinggi” maka Anda dapat
memprediksinya akan memperoleh “Skor tes
yang tinggi” karena pernyataan ini menggambarkan sebuah hubungan diantara
dua konsep. Pernyataan semacam ini disebut juga dengan pernyataan hubungan (relational statements).
Inti dari pengetahuan ilmiah adalah
mengekspresikan dari pernyataan relational ini. Eksistensi pernyataan
menerapkan definisi-definisi ini ke dunia nyata, hanya dapat memberikan sebuah typology (pengklasifikasian menurut
jenisnya), pengklasifikasian terhadap objek-objek dan phenomena. Menjelaskan,
memprediksi, dan makna dari pemahaman, semua itu tergantung pada hubungan
antara pernyataan-pernyataan (relational
statement).
Hubungan pernyataan-pernyataan itu dapat
diklasifikasikan ke dalam dua kelompok besar, yaitu yang mendiskripsikan suatu
hubungan antara dua konsep (association)
dan yang mendiskripsikan hubungan sebab akibat antara dua konsep (causal relation). Sebagai contoh;
Jika
seseorang itu adalah anggota dari perhimpunan suatu perguruan tinggi, maka ia
berhak mendapatkan skor tes yang tinggi.
Contoh ini menunjukkan atas pernyataan
hubungan (Association), ini menyatakan bahwa seseorang dalam persatuan akan
memperoleh skor tes yang tinggi. Dalam konteks ini, ia tidak menyatakan bahwa
memiliki perhimpunan akan merubah tingkat kewenangan seseorang. Juga tidak
menyatakan bahwa hasil skor tes yang tinggi tidak akan diraih oleh siswa yang
tidak memiliki hubungan perhimpunan pada perguruan tinggi. Hal itu semata-mata
menyatakan bahwa kedua konsep itu, keanggotaan dalam persaudaraan, dan hak
mendapatkan skor yang tinggi adalah saling berhubungan atau berkorelasi, dan
alasan ini menunjukkan atas assosiational statement.
Sebaliknya, pada pernyataan berikut ini:
Keanggotaan dalam
suatu perhimpunan akan meningkatkan skor tes seseorang
Mengindikasikan satu konsep, keanggotaan
dalam suatu perhimpunan, menyebabkan adanya perubahan pada konsep yang lain,
wewenang pada skor tes. Pernyataan ini menggambarkan hubungan sebab akibat yang
disebut dengan “causal statement”.
Pernyataan
Asosiatif (associational statement)
Pada dasarnya, pernyataan asosiatif
mendiskripsikan konsep-konsep apa saja yang terjadi atau berada secara
bersamaan. Ketika mengukur hubungan asosiatif pada level data angka-angka yang
berbentuk interval dan rasio digunakan kata “correlation” yang kadang digunakan untuk menunjukkan pada degree (tingkat) dari hubungan
asosiatif.
Hakikat dari hubungan asosiatif atau
korelasi antara dua konsep dapat dilihat pada tiga tipe di bawah ini:
-
Positif: ketika
terdapat sebuah konsep, atau tinggi, konsep yang lain pun ada, atau tinggi dan
sebaliknya. Contoh: lelaki lebih tinggi dari wanita, dan sebaliknya (yakni,
orang yang tinggi itu cenderung adalah laki-laki)
-
None: adanya sebuah
konsep yang tidak memberikan informasi tentang keberadaan konsep yang lain, dan
sebaliknya. Contoh: siswa pria dan siswa wanita mempunyai nilai yang sama pada
mata kuliah sosiologi.
-
Negatif: ketika suatu
konsep terjadi, atau tinggi, konsep lainnya lemah, dan sebaliknya. Contoh: rendahnya
jumlah penjualan barang (perubahan dalam keanggotaan) dalam kerja kelompok
berhubungan dengan tingginya produktifitas, dan sebaliknya.
Sebagai catatan bahwa hubungan asosiatif
itu “kuat” (tingkat asosiatif) antara dua konsep dapat saja terjadi, baik itu
positif atau negative. Perbedaan itu terjadi hanya pada cara bagaiamana
konsep-konsep itu diberi tanda atau dilabelkan. Contoh, dua pernyataan yang
sama di bawah ini, meskipun yang satunya mengekspresikan hubungan yang positif
dan lainnya mengekspresikan hubungan yang negative.
-
Tingginya
stabilitas (keanggotaan tetap) dalam kerja kelompok berhubungan dengan
tingginya produktifitas (korelasi positif)
-
Rendahnya
omset (keanggotaan berubah) dalam kerja kelompok berhubungan dengan tingginya
produktifitas (korelasi negatif)
Jika hal itu memungkinkan untuk
mengembangkan definisi operasioanl kuantitatif (hasil pengukurannya dalam
bentuk angka-angka) terhadap kedua konsep itu, maka hal itu juga memungkinkan
untuk merepresentasikan tingkat asosiatif atau tingkat korelasi dengan angka.
Kebanyakan pengukuran kuantitatif terhadap hubungan didesain untuk menghasilkan
angka-angka dari -1.0 hingga +1.0. yang mana angka +1.0 menunjukkan tingkat
maksimum korelasi positif, -1.0 menunjukkan tingkat maksimum korelasi negative,
dan 0.0 menunjukkan tidak adanya hubungan korelasi.
Pernyataan
Causatif (sebab akibat)
Sebagai lawan dari hubungan pernyataan
yang mendiskripsikan hubungan asosiatif atau korelasi antara dua konsep, juga
terdapat beberapa pernyataan mendiskripsikan hubungan sebab akibat (causal)
antara dua konsep tersebut. Dengan kata lain, satu konsep dianggap sebagai
penyebab terjadinya konsep kedua. Sebagai contoh:
-
Jika
kursi ini milik universitas, maka akan dicat berwarna coklat
-
Jika
sebuah kelompok kerja kecil moralnya baik, maka produktifitas akan meningkat.
Dari masing-masing situasi ini, suatu
konsep dianggap sebagai cause
(penyebab) dari pernyataan pada konsep lain: milik universitas menyebabkan
kursi-kursi dicat berwarna coklat, dan meningkatnya moral kelompok menyebabkan
meningkatnya produksi. Pernyataan-pernyataan yang menggambarkan hubungan
sebab-akibat, yang kadang menunjukkan atas hubungan sebab dan efek disebut
dengan pernyataan causative (causal
statement). Konsep atau variabel yang menjadi penyebab menunjukkan atas
“independent variabel” (variabel bebas) dan variabel sebagai akibat/dipengaruhi
disebut juga dengan “dependent variable” (karena variabel ini terikat dengan
independent variable).
Yang penting untuk menunjukkan bahwa
meskipun pernyataan kausatif dan penyataan asosiatif memiliki bentuk-bentuk
yang sama, sering diidentikkan dalam praktek penggunaannya, namun keduanya
adalah jenis pernyataan yang sangat berbeda. Sebagai contoh, hal ini sering
diobservasi bahwa:
Pada
masyarakat industri, panjang rok wanita dan tingkat kesejahteraan ekonomi
sangat berhubungan; rok yang lebih panjang diobservasi terdapat selama masa
transisi ekonomi, dan rok yang pendek ketika ekonomi itu berkembang.
Meskipun bukti empiris untuk mendukung
pernyataan asosiatif, namun tak seorang pun secara serius yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan sebab akibat diantara kedua variabel ini, bahwa rok yang
lebih panjang menyebabkan krisis ekonomi atau sebaliknya. Dalam beberapa
situasi, mungkin saja terdapat variabel lain yang menyebabkan lemahnya ekonomi
dan rok yang panjang. Perbedaan-perbedaan hubungan asosiatif atau korelasi
diantara variabel dan hubungan sebab akibat diantara dua variabel kadang
disebut juga dengan sebuah prinsip bahwa hubungan korelasi bukan (tidak
semestinya) sebagai hubungan sebab-akibat.
Pada prakteknya, untuk menentukan
pernyataan relasional yang termasuk dalam pernyataan asosiasi dan yang mana
pernyataan kausalitas rada sulit, sejak bentuk pernyataan (cara mereka menulis)
adalah sama. Pembaca terpaksa membuat perbedaan ini dari konteks situasi.
Dengan menjelaskan materi sekitar pernyataan, pembaca harus menyimpulkan baik
itu kausalitas atau gabungan (korelasi) yang dimaksud oleh penulis.
Jika memungkinkan untuk menghitung
konsep-konsep atau variabel-variabel yang digunakan dalam pernyataan kausal,
pernyataan itu kemungkinan menggambarkan tingkat kausalitas antara dua konsep. intinya
adalah kuantifikasi dari konsep kausalitas. Kuantifikasi tingkat kausalitas
hanya berarti ketika ada alasan yang mempercayai bahwa ada lebih dari satu
variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen. Untuk itu, jika hanya
ada satu kemungkinan penyebabnya, entah itu konsep independen menyebabkan
konsep dependen atau tidak. Tidak ada “dasar tengah” sejak tidak adanya penyebab potensial
lainnya.
Namun, jika ada dua atau lebih
independen variabel yang mungkin berpengaruh pada sebuah variabel dependen, hal
ini logis untuk dimasukan ke dalam pengaruh relative dari dua penyebab
perbedaan ini. Pertanyaan ini hanya bisa dijawab jika dependen variabel , salah
satunya “dijelaskan” dapat diukur pada level nominal atas (ordinal, interval
atau rasio) dan lebih disukai pada tingkat ordinal. Jika dependen variabel
dapat diukur seperti dalam mode, peneliti biasanya mengajukan pertanyaan
seperti berikut : jika dependen variabel dapat bervariasi (menduga ucapan yang
berbeda), berapa banyak variasi ini disebabkan oleh variase dalam independen
variabel (s) ?
Hal ini mudah untuk membagi variasi
pengukuran (berbeda dari variasi aktual) variabel dependen kedalam tiga kelas :
(1)
Variasi
yang secara langsung berhubungan dengan masing-masing variabel dibawah
pertimbangan, pertimbangannya hanya pada variabel itu.
(2)
Variabel
yang berhubungan dengan interaksi antara dua atau lebih variabel yang mengacu
pada “dampak interaksi”. Berbicara secara ketat, efek interaksi ini menjadi
konsep teoritikal unik yang lainnya, dibentuk oleh kombinasi dari konsep yang
lain.
(3)
Variasi
yang disebabkan oleh kesalahan pengukuran, tak dapat dihindari kesalahan dalam
mengidentifikasikan tingkat keberadaan dari dependen variabel (salah satunya
harus dijelaskan).
Misalnya, sebuah penelitian diharapkan
dapat memahami penyebab intelijensi. Dia membentuk selembar kertas dan sebuah
pensil tes yang mana masing-masing individu dapat mengambilnya, dan setelah peneliti
memberi skor atau nilai tes, dia memberikan skor pada masing-masing individu
antara 50 dan 150, mewakili performasinya dalam hubungannya dengan siswa-siswa
yang mengikuti tes tersebut. Nilai ini ditujukan untuk mengukur inteligensi.
Peneliti kemudian menginvestigasi apa penyebab variasi nilai-nilai ini dan memutuskan
utnuk menginvestigasi dua penyebab kemungkinan yaitu inteligensi dan kualitas
pengalaman pendidikan orang tua. Kesimpulan penelitian di atas, peneliti
menyimpulkan tentang sumber-sumber (penyebab) variasi nilai tes inteligensi
sebagai berikut:
SUMBER (PENYEBAB) VARIASI
|
Persentase total variasi (dijumlahkan
untuk) “dijelaskan”
|
|
Subtotal
|
Total
|
|
Effek
langsung dari independen variabel inteligensi orang tua (nilai tertinggi
orang tua berasosiasi dengan nikai tertinggi keturunan)
|
25%
|
50%
|
Kualitas
latar belakang pendidikan orang tua (sekolah yang baik berasosiasi dengan
nilai tetinggi )
|
25
|
|
Efek
interaksi
|
|
15
|
Nilai
tertinggi orang tua dan pendidikan yang baik ()
|
10
|
|
Nilai
tertinggi orang tua serta pendidikan yang
kurang bagus
|
0
|
|
Nilai
rendah orang tua dengan sekolah yang bagus
|
0
|
|
Nilai
rendah orang tua dengan sekolah yang kurang bagus ()
|
5
|
|
Kesalahan
dalam pengukuran ()
|
|
25
|
Tidak
dijelaskan (tidak dijawab)
|
|
10
|
Total
variasi yang dijelaskan (selalu 100%)
|
|
100%
|
Jenis ringkasan ini hanya mengidentifikasikan
sebab variasi; tidak mengindikasikan hubungan yang pasti antara independen dan
dependen variabel. Dengan kata lain, proses penyebabnya belum eksplisit; hanya
independen variabel yang digambarkan.
Pernyataan
Deterministic dan Probabilistic
Semua pernyataan-pernyataan teoritis
yang diolah sejauh ini dalam buku ini telah membentuk : Kondisi C1, …Cn,
jika variabel X terjadi, maka variabel Y juga akan terjadi.
Ini adalah sebuah pernyataan yang lugas;
dikatakan bahwa Y akan mengikuti periode X . jenis hubungan ini disebut “Deterministic” sebab dependen variabel ,
Y, ditentukan oleh independen variabel X.
Bentuk lain dari hubungan ini adalah
mungkin. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Kondisi di bawah C1, ……Cn,
jika variabel X terjadi, maka variabel Y juga akan terjadi dan kemungkinan
besar juga akan terjadi pada variabel P.
Hal ini cukup berbeda bentuk
hubungannya, untuk mengindikasi bahwa ketika variabel X terjadi, Y juga akan
terjadi dan kemungkinan besar juga variabel P dan tidakl akan terjadi dengan
kemungkinan besar 1-P (semua kemungkinan harus dijumlahkan menjadi 1).
Pernyataan yang berisi jenis hubungan ini disebut Probabilistic.
Beberapa contoh pernyataan probabilistic
adalah sebagai berikut :
Dalam grup diskusi kecil, pemimpin yang
berkembang akan bertanggung jawab terhadap tindakan yang diberikan (komentar)
kemungkinan besar 0.4
Kemungkinan besar seorang pria di
Amerika serikat akan menekuni pekerjaan yang sama dengan ayahnya adalah 0.10
jika ayahnya adalah seorang pekerja.
Jika kematian adalah adil, maka
kemungkinan terbesarnya adalah bahwa dari segala segi akan muncul roll yang
diberikan adalah 1/8 atau 0.1667.
Semenjak inti utama buku ini adalah
perkembangan ilmu pengetahuan, dampak perbedaan antara pernyataan deterministic
dan probabilistic tidak akan diproses secara detail. Namun tidak ada alasan
yang menganggap pernyataan probabilistic kurang ilmiah daripada
pernyataan-pernyataan deterministic selama kriterian penerimaan utilitas dalam
memperoleh tujuan ilmu pengetahuan.
Sebab pernyataan probabilistic
memprediksikan kedua kejadian dan non kejadian pada suatu peristiwa, dependen
variabel, ini sangat tidak mungkin untuk membuktikan bahwa terdapat kesalahan
pada sampel. Strategi yang lazim digunakan untuk menguji kegunaan pernyataan
probabilistic adalah dengan mempelajari sejumlah peristiwa dibawah standar
kondisi, lebih banyak persyaratn melalui sebuah tes pernyataan deterministic,
dan perbandingan hasil empiric dengan prediksi pernyataan probabilistic. Misalnya
: jika menjelaskan bahwa kematian tidak pandang bulu (adil) hal ini pasti
dicampakan 10.000 kali dilihat jika setiap sudut muncul kira-kira 1.677 kali
(1/6), seperti yang diprediksikan oleh pernyataan “kematian adalah keadilan”.
Tingkatan
Abstraksi
Pernyataan dapat dianggap menjadi
perbedaan tingkatan abstraksi, tingkatan abstraksi tergantung pada keseluruhan
tingkatan abstraksi dalam konsep-konsep yang mencakup pernyataan-pernyataan.
Yang terpenting adalah mempertimbangkan tiga level abstraksi; teoritis,
operasional, dan konkrit. Yang paling umum adalah tingkatan teoritis, ketika
suatu pernyataan mencakup konsep teoritis. Jika konsep teori digantikan dengan
definisi operasional yang berhubungan dengan konsep-konsep teori, sehingga
pernyataan-pernyataan itu dapat dikatakan menempati tingkatan operasional. Pada
akhirnya, jika definisi operasional digantikan dengan temuan-temuan projek
penelitian tertentu atau gambaran nyata yang spesifik terhadap suatu kejadian,
maka pernyataan itu dikatakan berada pada tingkatan konkrit.
Yang patut diingat bahwa terdapat
beberapa definisi operasional yang berhubungan dengan setiap konsep teori; jadi
mungkin saja terdapat beberapa pernyataan operasional yang berkaitan dengan
setiap pernyataan teoritis. Begitupula, mungkin akan terdapat beberapa
pernyataan konkrit yang berhubungan dengan dengan setiap pernyataan
operasional. Sehingga ketika setiap pernyataan konkrit akan lebih
terspesifikasi dengan waktu, tempat dan tidak kepada pernyataan operasional.
Mungkin akan terdapat beberapa keunikan tertentu pada pernyataan konkrit yang
tergambarkan pada abstraksi istilah oleh pernyataan-pernyataan teoritis.
Sebuah contoh menurut tingkatan
abstraksi ini dapat dibentuk. Fikirkanlah pernyataan teoritis ini:
Jika
rentetan nilai dalam suatu masyarakat itu constant, dan jika jumlah masyarakat
itu bertambah, maka akan bertambah tingkat keformalitasanya.
Dengan menggatikan tiga konsep teoritis
(rentetan nilai, jumlah masyarakat, dan tingkat formalitas) dengan penyesuaian
pada definisi operasional (catatan bahwa hubungan antar konsep tidak dapat
berubah), maka pernyataan operasional dapat dibuat seperti;
Jika
persentasi tenaga kerja yang meninggalkan perusahaan setelah beberapa periode
itu konstan, dan jika jumlah anggota karyawan itu bertambah, maka jumlah dan
kejelasan aturan-aturan perusahaan dan prosedurnya juga akan meningkat.
Anggaplah bahwa penyataan khusus ini
digunakan untuk memandu program penelitian di sebuah perusahaan tertentu dengan
hasil penelitian di bawah ini, pada tingkat konkritnya;
Di
sebuah perusahaan XYZ dari tanggal 1 Juni 1961 hingga 31 Mei a965, persentasi
karyawan yang meninggalkan perusahaan setiap bulan antara 3.8 persen dan 4.6
persen (anggaplah konstan). Perusahaan itu memiliki 3.000 karyawan pada 1 Juni
1961dan 6.400 karyawan pada 31 Mei 1965. Secara manual telah ditemukan di
perusahaan itu 4.000 kata sebanyak 2000 halaman dalam 600 aturan tertentu pada
1 Juni 1961. Dan 6.000 kata dalam 325 halaman dibagi 1.000 aturan tertentu pada
31 Mei 1965.
Pernyataan itu jelas merupakan bagian
dari pernytaan operasional yang mana pada gilirannya merupakan pernyataan
teoritis.
Pernyataan
Teoritis
Sebagian besar ‘teori’ menekankan pada
pernyataan-pernyataan relasional, lebih tepatnya lagi pernyataan-pernyataan
kasatif. Akan tetapi eksistensi pernyataan-pernyataan kadang lebih penting dalam
menggambarkan secara tepat dan bermanfaat mengenai kondisi dan keadaan yang ada
pada pernyataan relasional. Pikirkanlah contoh di bawah ini:
Diberikan:
(i)
Kelompok
kecil yang berpapasan muka bertemu pada pertemuan pertama
(ii)
Setiap
anggota kelompok memiliki profesi yang berbeda
(iii)
Setiap
anggota kelompok ingin mengerjakan tugas dengan baik
(iv)
Tugas
kelompok membutuhkan kontribusi semua anggota kelompok
Kemudian
(v)
Anggota
masing-masing kelompok dengan profesi yang memiliki persamaan dengan tugas
kelompok akan lebih terpengaruh dengan aktifitas tugas kelompok dibandingkan
dengan anggota kelompok yang memiliki profesi yang tidak sama dengan tugas
kelompok.
Empat pernyataan pertam, i-iv, adalah
eksistensi pernyataan; yang mana menunjukkan kondisi yang seharusnya terjadi
pada pernyataan yang ke-v untuk diterapkan. Pernyataan yang kelima adalah
pernyataan relasional; yang menggambarkan hubungan antara
karakteristik-karakteristik dimana setiap anggota kelompok bawa ke dalam
situasi tersebut, profesinya, dan karakteristiknya yang berhubunga dengan
anggota kelompok lain, tingkat pengaruhnya terhadap aktifitas tugas kelompok.
Keseluruhan pernyataan dapat dibuat
dalam bentuk:
Diberikan: C1, C2,
C3, C4, ….: jika X, kemudian Y.
C1, C2, …mewakili
pernyataan i-iv dan “Jika X, kemudian Y” mewakili pernyataan ke-v. selanjutnya,
itu akan diasumsikan bahwa semua pernyataan teoritis bisa saja abstrak dan
memiliki bentuk semacam ini, satu set kondisi menggambarkan kapan suatu
hubungan antara dua konsep dapat diterapkan. Bagaimanapun juga, hal itu dapat
dimaklumi bahwa beberapa variasi mungkin dapat diterapkan, seperti hubungan
probabilistic lebih baik dari deterministic antara X dan Y.
Pernyataan-pernyataan teoritis acap kali
disebut dengan lima perbedaan tanda: hokum (laws), aksioma (axioms), proposisi,
hypothesis, dan generalisasi fakta (empirical generalization). Hal ini
dimungkinkan terhadap seperangkat kata yang sangat serupa untuk semua lima
tanda dari pernyataan teoritis dan secara bersamaan tergantung pada situasi dan
kondisi. Sesuatu yang membedakannya yaitu hubungan dari pernyataan teoritis
terhadap teori yang sitematik dan temuan lapangan berdasarkan fakta. Dengan
alasan ini, lima jenis pernyataan ini akan dibahas pada kaitannya dengan dua
dimensi yaitu teori dan data pada bagian selanjutnya.
Hubungan antara Pernyataan
Teori dengan Teori
Salah satu istilah yang sangat populer yang
digunakan dalam membahas pernyataan teoris adalah kata “Hukum”. Pada dasarnya, hukum
adalah pernyataan yang menggambarkan suatu hubungan yang mana para ilmuwan
memiliki rasa percaya diri mereka menganggapnya sesuatu yang absolute
“kebenaran”. Tiga konsep teori akan dibahasa pada Bab 5, dan gagasan yang
paling penting adalah melihat bahwa ilmu pengetahuan pada dasarnya sebuah
aturan hukum yang menganggap “kebenaran nyata”. Kebanyakan
pernyataan-pernyataan seperti itu disebut “Hukum” biasanya mengandung
konsep-konsep yang dapat diukur atau diidentifikasi (dengan definisi
operasional yang tepat) dalam pengaturan yang nyata.
Konsep lain dari teori juga dibahas
dalam Bab selanjutnya, yaitu bentuk teori axioma. Teori Axioma terdiri dari
pengaturan dasar pernyataan, di mana masing-masing independen yang lain (mereka
mengatakan hal-hal yang berbeda), dari segala pernyataan-pernyataan teori lain
yang mungkin diturunkan secara logis. (Sekolah Tinggi Penerbangan biasanya
diperkenalkan sebagai sebuah teori Axioma). Pernyataan-pernyataan dasar dikenal
sebagai “axioma” dan pernyataan yang berasal dari axioma disebut “proposisi”.
Beberapa para ilmuwan merasa bahwa ada pernyataan yang digunakan sebagai sebuah
axioma di dalam suatu teori bisa juga disebut hukum, namun hal itu tidak jelas
mengapa pernyataan itu harus memerlukan sebuah karakteristik axioma, dan tidak
ada kesepakatan yang lebih luas dalam poin tersebut. Kata “proposisi” juga
digunakan untuk merujuk kepada sebuah ide atau dugaan yang di hadirkan dalam
bentuk sebuah pernyataan ilmiah, sma halnya dengan cara “hipotesis” yang
digunakan (uraian di bawah), namun penggunaan ini tidak memiliki hubungan terhadap
proposisi sebuah teori axioma.
“Hipotesis” pada umumnya digunakan untuk
merujuk pada pernyataan terpilih untuk membandingkan data yang terkumpul dalam
suatu situasi yang nyata. Sumber hipotesis mungkin sebuah variasi hukum,
berasal dari sebuah teori axioma (berasal dari axioma dan proposisi), atau
mungkin dihasilkan oleh seorang ilmuwan intuisi (suatu dugaan); namun kebanyakan keunggulan dasarnya adalah
pernyataan tetap yang dibandingkan dengan kumpulan data empiris dalam
(kehidupan nyata). Sebab hipotesis menjadi uji empiris. Ini penting bahwa
semua konsep dalam hipotesis bisa diukur dengan definisi operasi yang tepat,
dalam situasi yang nyata.
Jika pola kejadian yang sama ditemukan
dalam jumlah perbedaan pembelajaran empiris, maka pola tersebut sering
dirangkum dalam sebuah “Generalisasi empiris” berdasarkan beberapa pembelajaran
“empiris”. Sebab para ilmuwan merangkum pola-pola dalam penelitian empiris, hal
ini jelas bahwa semua konsep-konsep dalam sebuah generalisasi empiris harus
diukur secara langsung. Generalisasi empiris serupa dengan hukum, kecuali jika
ia tidak diterima secara umum seperti hukum; kepercayaan diri para ilmuwan
dalam sebuah hukum secara signifikan lebih besar dari pada dalam sebuah
generalisasi empiris. Semenjak generalisasi empiris menghadirkan rangkuman
hasil penelitian, mereka tidak berbagi secara hubungan sistematik kepada konsep
khusus teori, kecuali secara hukum potensial. Namun, sebuah teori mungkin
dikembangkan untuk “menjelaskan” suatu hubungan rangkuman dalam sebuah
generalisasi empiris.
Hubungan antara Pernyataan
Teoritis dengan Data Empiris
Pada beberapa paragraf–paragraf
selanjutnya akan mengulang gagasan-gagasan yang sama yang telah dijelaskan di
atas, kecuali pada suatu orientasi berbeda
yang akan dipergunakan. Hukum, axioma, proposisi, hipotesis dan
generalisasi empiris akan dibahas berdasarkan sudut pandang hubungannya
terhadap data. Secara saksama hubungannya dengan lima jenis pernyataan yang
paling penting adalah pengulangannya mudah dipertahankan jika terjadi
peningkatan dalam pemahaman mereka. Gagasan pertama harus diulang bahwa
kadang-kadang pengaturan kata-kata yang sama dapat dilihat sebagai salah satu
dari kelima jenis pernyataan ini, tergantung pada persepsi ilmuwan terhadap
hubungannya antara pernyataan dan teori atau pernyataan dan data empiris.
Hubungan antara hukum, generalisasi
empiris dan hipotesis terhadap data adalh satu tingkatan, yang tidak terbentuk.
Anggapan yang digunakan pada label ini, sebuah konsep dalam pernyataan disebut
sebuah “hukum”, “generalisasi empiris,” atau “hipotesis” harus diukur,
menggunakan definisi operasional yang tepat, dalam sebuah pengaturan yang
nyata.
Hipotesis adalah pernyataan-pernyataan
tanpa dukungan dari penelitian empiris; yang belum diketahui apakah itu benar
atau salah. Jika seseorang sedang membahas suatu proyek penelitian, biasanya
dirancang dengan sebuah “tes” lebih dari satu hipotesis, sebaliknya, rangkuman
dalam bentuk umum, hasil dari beberapa pembelajaran empiris dan para ilmuwan
biasanya memiliki rasa percaya diri bahwa pola yang sama akan diulang dalam
situasi yang nyata di masa yang akan datang, jika kondisi yang sama terulang.
Akhirnya, sebuah hukum adalah pernyataan yang memiliki banyak dukungan empiris
dari ilmuwan yang menganggapnya benar. Jika suatu proyek penelitian menghasilkan
data yang tidak konsisten dengan kebenaran sebuah hukum, maka ilmuwan akan
langsung menduga proyek penelitian lebih condong kepada pertanyaan kepercayaan
diri mereka dalam hukum.
Rangkuman, jika belum ada bukti empiris
terhadap pernyataan tersebut maka pernyataan tersebut disebut hipotesis. Jika
ada dukungan yang menengahinya disebut Generalisasi empiris, jika dukungannya “sangat
banyak” maka disebut hukum. Harus diingat bahwa sejak para ilmuwan memiliki
standar yang berbeda dalam mengevaluasi pernyataan teoritis, hukumnya seseorang
boleh saja sebagai hipotesis bagi orang lain.
Hubungan antara axioma dan proposisi,
pernyataannya merupakan bagian dari
teori axiomatic, dan data empiris kurang terarah. Sepanjang axiom dan
proposisi mengandung konsep yang “hipotesis” atau tidak dapat diukur secara
langsung hubungannya terhadap dunia empiris mungkin lebih terpisah dari pada
hipotesis, generalisasi empiris, atau hukum. Namun, axioma dan proposisi
mungkin digabung secara demikian untuk melahirkan pernyataan-pernyataan yang
hanya mengandung konsep pengukuran yang empiris seperti hipotesis. Dalam hal
ini kegunaannya ditentukan oleh koresponden antara pernyataan turunan dan dunia
empiris. Ini akan dibahas secara lebih jelas pada dua bab selanjutnya.
Pernyataan-pernyataan berikut bisa jadi
hukum, generalisasi empiris, hipotesis, axioma, atau proposes tergantung pada
orientasi dan maksud dari peneliti :
Jika volume sebuah gas itu
konstan, maka peningkatan temperature akan diikitu oleh peningkatan tekanan.
Jika angka pergantian
kepemimpinan dalam sebuah organisasi itu konstan, maka peningkatan ukuran
organisasi akan diikuti oleh peningkatan dalam formalisasi (struktur dan prosedur).
Jika seseorang memiliki perilaku
yang sama terhadap sebuah objek sebagai teman yang baik, maka tidak mungkin ia
akan mengubah perilakunya terhadap objek atau temannya.
Jika seseorang memiliki perilaku
yang berbeda terhadap sebuah objek sebagai teman yang baik, ia mungkin akan
mengubah perilakunya terhadap objek atau temannya.
Individu yang berasal dari kelas
sosial teratas atau kelas sosial elit lebih berpengaruh dalam sebuah grup yang
terdiri dari status kelas individu yang berbeda dari pada individu yang berasal
dari kelas social yang lain.
Semua pernyataan ini merupakan bentuk
dari pernyataan teoritis; mereka abstrak dan menggambarkan suatu hubungan
antara konsep-konsep. Sebab konsep-konsep yang digunakan dalam pernyataan ini
adalah secara langsung berhubungan dengan definisi operasional dan bisa diukur
dalam pengaturan yang nyata, sehingga mereka bisa dikatakan sebagai hukum,
generalisasi empiris atau hipotesis.
Pernyataan-pernyataan berikut bisa
menjadi axioma atau proposisi:
Insting atau kebutuhan akan
identitas akan terpuaskan dengan nyata atau kesan rasa imajinasi.
Jika seseorang tidak setuju
dengan dengan temannya tentang perilakunya terhadap suatu objek, kemudian
pernyataan tentang tegangan psikologi dihasilkan.
Sebuah pernyataan tentang tegangan
psikologi, dihasilkan oleh sebuah ketidak seimbangan struktur pikiran,
menghasilkan kekuatan yang condong merubah struktu pikiran.
Bagaimanapun juga pernyataan-pernyataan
ini tidak bisa dikatakan sebagai hukum, generalisasi empiris, hipotesis, sederhana
saja karena mereka mengandung konsep-konsep yang tidak bisa diidentifikasi
dalam situasi yang konkrit menggunakan definisi operasional. Tidak ada cara
lain untuk mengukur insting tertentu yang aktif dalam identitas atau tingkatan
“gangguan psikologi” yang dialami oleh individu. Pada dasarnya, setiap konsep
dalam pernyataan bisa dikatakan sebagai hukum, generalisasi empiris, hipotesis
hasrus memiliki hubungan langsung terhadap situasi yang nyata, penggunaan
prosedur yang spesifik dalam suatu definisi operasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar